BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
latar
belakang ilmu budaya dasar dalam konteks budaya, negara, dan
masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut:
1.
Kenyataan bahwa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, dan segala keanekaragaman
budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak
lepas dari ikatan-ikatan (primodial) kesukuan dan kedaerahan.
2. Proses pembangunan dampak
positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai
budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya. Akibat
lebih jauh dari pembenturan nilai budaya ini akan timbul konflik dalam
kehidupan.
3.
Kemajuan ilmu pengetahuan dalam teknologi menimbulkan perubahan kondisi
kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga
manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakannya. Hal ini
merupakan akibat sifat ambivalen teknologi, yang disamping memiliki segi-segi
positifnya, juga memiliki segi negatif akibat dampak negatif teknologi, manusia
kini menjadi resah dan gelisah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Cinta ?
2. Apa
itu Kasih ?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu cinta
maupun kasih dalam kehidupan
2.
Mengetahui Macam Macam cinta dan kasih
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cinta
A. Pengertian
Cinta Kasih
Menurut kamus umum
bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka
(kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat
tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta
kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir
bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih
dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai
dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta kasih
mengandung arti hampir bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara
keduanya. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih
lebih keluarnya, dengan kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah
kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Dalam bukunya seni
mencinta, Erich Fromm menyebutkan, bahwa cinta itu terutama memberi, bukan
menerima. Dan memberi merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan.
Yang paling penting dalam memberi ialah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan
materi. Cinta selalu menyatakan unsur-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan,
tanggung jawab, perhatian dan pengenalan. Pada pengasuhan contoh yang paling
menonjol adalah cinta seorang ibu pada anaknya, bagaimana seorang ibu dengan
rasa cinta kasihnya mangasuh anaknya dengan sepenuh hati. Sedang dengan
tanggung jawab dalam arti benar adalah sesuatu tindakan yang sama sekali suka
rela yang dalam kasus hubungan ibu dan anak bayinya menunjukkan penyelenggaraan
atas hubungan fisik. Unsur yang ketiga adalah perhatian yang berarti
memperhatikan bahwa pribadi lain itu hendaknya berkembang dan membuka diri
sebagaimana adanya. Yang ke empat adalah pengenalan yang merupakan keinginan
untuk mengetahui rahasia manusia. Dengan ke empat unsur tersebut, yaitu
pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan, suatu cinta dapat dibina
secara lebih baik.
Pengertian tentang
cinta dikemukanakn juga oleh Dr Sarlito W. Sarwono. Dikatakannya bahwa cinta
memilikki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Yang dimaksud
dengan keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala
prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia.
Kalau janji dengan dia harus ditepati, ada uang sedikit beli oleh-oleh untuk
dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan
tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada
jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, Ibu, saudara digantikan
dengan sekedar memanggil nama atau sebutan:sayang dan sebagainya. Makan minum
dari satu piring-cangkir tanpa rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai
uang tanpa rasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainnya.
Unsur yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai,
rasa kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang
mengungkapkan rasa sayang, dan seterusnya . Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar berikut yang menunjukkan segitiga cinta.
Keterikatan Keintiman
Kemesraan
Selanjutnya Dr.
Sarlito W. Sarwono mengemukakan, bahwa tidak semua unsur cinta itu sama
kuatnya. Kadang-kadang ada yang keterikatannya sangat kuat, tetapi keintiman
atau kemesraannya kurang. Cinta seperti itu mengandung kesetiaan yang amat
kuat, kecemburuannya besar, tetapi dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin
atau hambar, karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan kemesraan atau
keintiman. Misalnya cinta sahabat karib atau saudara sekandung yang penuh
dengan keakraban, tetapi tidak ada gejolak-gejolak mesra dan orang yang
bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal lain dari pada partnernya.
Cinta juga dapat
diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak, tetapi unsur keintiman dan
keterikatannya yang kurang. Cinta seperti itu dinamakan cinta yang pincang,
karena garis-garis unsur cintanya tidak membuat segitiga sama sisi, seperti
nyata pada gambar berikut.
Keterikatan Keintiman Kemesraan
Cinta
Setia Cinta
Saudara Cinta Rayuan
Lebih berat lagi bila
salah satu unsur cinta itu tidak ada, sehingga tidak terbentuk segitiga, cinta
yang demikian itu tidak sempurna, dan dapat disebutkan bukan cinta.
Selain pengetian yang
dikemukakan oleh Sarlito, lain halnya pengertian cinta yang dikemukakan oleh
Dr. Abdullah Nasih Ulwan,dalam bukunya manajemen cinta. Cinta adalah perasaan
jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya
dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang. Cinta adalah fitrah manusia yang
murni, yang tak dapat terpisahkan dengan kehidupannya. Ia selalu dibutuhkan.
Jika seseorang ingin menikmatinya dengan cara yang terhormat dan mulia, suci
dan penuh tagwa, tentu ia akan mempergunakan cinta itu untuk mencapai
keinginannya yang suci dan mulia pula.
Didalam kitab Suci
Algur'an, ditemui adanya fenomena cinta yang bersembunyi di dalam jiwa manusia.
Cinta memiliki tiga tingkatan-tingkatan : tinggi, menengah dan rendah.
Tingkatan cinta tersebut diatas adalah berdasarkan firman Alloh dalam surah
At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut :
“katakanlah:jika
bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai: adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan
Rasul-Nya dan berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”
Cinta tingkat
tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalan Allah.
Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara,
istri/suami dan kerabat. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih
mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal.
Bagi setiap orang
Islam yang bertakwa, sudah menjadi keharusan bahwa cinta kepada Allah, pada
Rasulullah, dan berjihad di jalan Allah, adalah merupakan cinta yang tidak ada
duanya. Hal ini merupakan konsekwensi iman dan merupakan keharusan dalam Islam.
Bahkan itu pendorong utama di dalam menunjang tinggi agama.
Tak diragukan lagi,
bahwa seorang yang telah merasakan kelezatan iman di dalam hatinya, ia akan
mencurahkan segala cintanya hanya kepada Tuhan. Karena ia telah meyakini bahwa
dzat Tuhanlah yang maha sempuma, maha indah dan maha agung. Tak ada satupun
selain dia yang memiliki kesempurnaan sifat-sifat tersebut. Maka dengan
ketulusan iman yang sejati itulah yang harus diikuti karena dialah yang maha
tinggi, maha sempurma dan maha agung.
Hakekat cinta
menengah adalah suatu energi yang datang dari perasaan hati dan jiwa. Ia timbul
dari perasaan seseorang yang dicintainya, agidah, keluarga, kekerabatan, atau
persahabatan. Karenanya hubungan cinta, kasih sayang dan kesetiaan diantara
mereka, semakin akrab.
Berangkat dari
perasaan lembut yang ditanamkan oleh Tuhan dalam hati dan jiwa seseorang inilah,
akan terbentuk perasaan kasih sayang dan cinta dari seseorang terhadap orang
lain : seorang anak terhadap orang tuanya, orang tua terhadap anak-anaknya,
seorang suami terhadap istrinya atau sebaliknya istri terhadap suaminya, cinta
seseorang terhadap sanak saudara dan familinya, cinta seseorang terhadap
sahabatnya, atau seorang penduduk pada tanah airnya.
Adapun pengaruh yang
ditimbulkan oleh cinta menengah ini akan nampak jelas hasilnya. Jika bukan
disebabkan perasaan kasih sayang yang ditanamkan oleh Tuhan dalam hati,
sepasang suami istri, tentu tidak akan terbentuk suatu keluarga, tak akan ada
keturunan, tak akan ada keturunan, tak akan terwujud asuhan, bimbingan, dan
pendidikan terhadap anak. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang paling keji,
hina dan merusak rasa kemanusiaan. Karena itu ia adalah cinta rendahan.
Bentuknya beraneka ragam misalnya :
1.
cinta
kepada thagut. Thagut adalah syetan, atau sesuatu yang disembah selain Tuhan.
Dalam surat Al Baqarah,
Allah berfirman :
dan diantara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan Allah: mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah
2.
cinta berdasarkan hawa nafsu.
3.
cinta yang lebih mengutamakan kecintaan
pada orang tua, anak, istri, perniagaan dan tempat tinggal.
2.2 Macam Macam Cinta
B.
Cinta
Menurut Ajaran Agama
Dalam kehidupan manusia, cinta
menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang seseorang mencintai
dirinya sendiri. Kadang-kadang mencintai orang lain. Atau juga istri dan
anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasulnya. Berbagai bentuk cinta ini bisa kita
dapatkan dalam kitab suci Al-Our'an.
Cinta Diri
Al-Our'an telah
mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri ini,
kecenderungannya untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
dirinya, dan menghindari dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan
dirinya, malalui ucapan Nabi Mutiammad SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui
hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan
menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
Diantara gejala yang
menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya seridiri ialah kecintaannya yang
sangat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginannya dan
memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan kemewahan hidup,
(OS, al-”Adiyat, 100:8)
Diantara gejala lain
yang menunjukkan kecintaan manusia pada dirinya sendiri ialah permohonannya
yang terus menerus agar dikarunia harta, kesehatan, dan berbagai kebaikan dan
kenikmatan hidup lainnya. Dan apabila ia tertimpa bencana, keburukan, atau
kemiskinan, ia merasa putus asa dan mengira ia tidak akan bisa memperoleh
karunia lagi (OS, Fushilat, 41:49)
Namun hendaknya cinta
manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebih-lebihan dan melewati batas.
Sepatutnya cinta pada diri sendiri ini diimbangi dengan cinta pada orang lain
dan cinta berbuat kebajikan kepada mereka.
C. Cinta
Kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat
hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya,
hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada
orang-orang lain, bekerja sama dengan dan memberi bantuan kepada orang lain.
Oleh karena itu, Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan manusia pada
dirinya sendiri. seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa
kesusahan dan usahanya yang terus menerus untuk memperoleh kebaikan serta
kebakhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya, setelah itu
Allah langsung memberi pujian kepada orang-orang yang berusaha untuk tidak
berlebih-lebihan dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan diri dari
gejala-gejala itu adalah dengan melalui iman, menegakkan shalat, memberikan
zakat, bersedekah kepada orang-orang miskin dan tak punya, dan menjauhi segala
larangan Allah. Keimanan yang demikian ini akan bisa menyeimbangkan antara
cintanya kepada diri sendiri dan cintanya pada orang lain, dan dengan demikian
akan bisa merealisasikan kebaikan individu dan masyarakat.
Al-Qur'an juga
menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling cinta mencintai seperti
cinta mereka pada diri mereka sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya terkandung
pengarahan kepada para mukmin agar tidak berlebih-lebihan dalam mencintai diri
sendiri.
D. Cinta
Seksual
Cinta erat kaitannya
dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih
sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Ia merupakan faktor
yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga :
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir . OS, Ar-Rum,
30:21)
Dorongan seksual
melakukan suatu fungsi penting. yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan
jenis. Lewat dorongan seksualah terbentuk keluarga. Dari keluarga terbentuk
masyarakat dan bangsa. Dengan demikian bumi pun' menjadi ramai, bangsa-bangsa
saling kenal mengenal, kebudayaan berkembang, dan ilmu pengetahuan dan industri
menjadi maju. Islam mengakui dorongan seksual dan tidak mengingkarinya. Jelas
dengan sendirinya ia mengakui pula cinta seksual yang menyertai dorongan
tersebut. Sebab ia merupakan emosi alamiah dalam diri manusia yang tidak
diingkari, tidak ditentang ataupun ditekannya. Yang diserukan Islam hanyalah
pengendalian dan penguasaan cinta ini, lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan
cara yang sah, yaitu dengan perkawinan.
E. Cinta
Kebapakan
Mengingat bahwa
antara ayah dengan anak-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis
seperti yang menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli ilmu jiwa
modem berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis scperti
halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis. Dorongan ini nampak jelas
dalam cinta bapak kepada anak-anaknya, karena mereka sumber kesenangan dan
kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan kebanggaan , dan merupakan faktor
penting bagi kelasungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya dia
setelah meninggal dunia. Ini terlihat jelas dalam do'a Zakaria as, yang memohon
pada Allah semoga ia dikarunia seorang anak yang akan mewarisinya dan mewarisi
keluarga Ya'gub :
Ia berkata : “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah
lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam
berdo'a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnyya aku khawatir terhadap
mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka
anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan
mewarisi keluarga Ya'gub, dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai
: QS, Maryam, 19:4-6)
Cinta kebapakan dalam
Al-Our'an diisyaratkan dalam kisah nabi Nuh as. Betapa cintanya ia kepada
anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan penuh:-rasa cinta, kasih
sayang, dan belas kasihan, untuk naik ke perahu agar tidak tenggelam ditelan
ombak :
“Dan
Nuh memanggil anaknya - sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil -
: “Hai..anakku, naiklah (kekapal) bersama kami dan janganlah kamu berada
bersama-sama orang-orang yang kafir “(OS, Yusuf, 12:84)
Cinta ini nampak pula dalam doa
nabi Nuh as, yang memohon pada Allah semoga anaknya selamat : “Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil
berkata : “Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan
sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang
seadil-adilnya (OS, Hud, 11:45)
Biasanya cinta
kebapakan nampak dalam perhatian seorang bapak pada anak-anaknya, asuhan,
nasehat, dan pengarahan yang diberikannya pada mereka, demi kebaikan dan
kepentingan mereka sendiri.
F. Cinta
Kepada Allah
Puncak cinta manusia,
yang paling bening, jemih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan
kerinduannya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya saja, tetapi
juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah laku dan
tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya: “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu”. Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (OS, Ali Imran, 3:31)
Cinta yang ikhlas
seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong
yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan semua bentuk kecintaan
lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada sesama
manusia, hewan, semua mahluk Allah dan seluruh alam semesta. Sebab dalam
pandangannya semua wujud yang ada di sekelilingnya mempunyai manifestasi dari
Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-kerinduan spiritualnya dan harapan
kalbunya.
G. Cinta
Kepada Rasul
Cinta kepada rasul,
yang diutus Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat
ke dua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempuma
bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.
Seorang mukmin yang
benar-benar beriman dengan sepenuh hati akan mencintai Rasulullah yang telah
menanggung derita dakwah Islam, berjuang dengan penuh segala kesulitan sehingga
Islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa kemanusiaan dari kekelaman
kesesatan menuju cahaya petunjuk.
2.3 Kasih Sayang
Pengertian kasih
sayang menurut kamus umum bahasa indonesia karangan W.J.S.Poerwadarminta adalah
perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
Dalam kehidupan
berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini
merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila
diakhiri dengan perkawinan, maka didalam berumah tangga keluarga muda itu bukan
lagi bercinta-cintaan, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling
menumpahkan kasih sayang.
Yang dapat merasakan
kasih sayang bukan hanya suami atau istri atau anak-anak yang telah dewasa,
melainkan bayi yang masih merahpun telah dapat merasakan kasih sayang dari ayah
dan ibunya. Bayi yang masih merah telah dapat mengenal suara atau sentuhan
tangan ayah ibunya. Bagaimana sikap ibunya memegang/menggendong telah
dikenalnya. Hal ini karena sang bayi telah mempunyai kepribadian.
Kasih sayang, dasar
komunikasi dalam suatu keluarga. Komunikasi antara anak dan orang tua. pada
prinsipnya anak terlahir dan terbentuk sebagai hasil curahan kasih sayang orang
tuanya. Pengembangan watak anak dan selanjutnya tak boleh lepas dari kasih
saying dan perhatian orang tua. Suatu hubungan yang harmonis akan terjadi bila
hal itu terjadi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Suatu kasus yang
sering terjadi, yang menyebabkan seseorang menjadi morfinis, keberandalan
remaja, frustasi dan sebaginya, dimana semuanya dilatar belakangi kurangnya
perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarganya.
Adanya kasih sayang
ini mempengaruhi kehidupan si anak dalam masyarakat. Orang tua dalam memberikan
kasih sayangnya bermacam-macam demikian pula sebaliknya. Dari cara pemberian
cinta kasih ini dapat dibedakan :
(1)
Orang
tua bersifat aktif, si anak bersifat pasif.
Dalam hal ini orang
tua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik berupa moral-materiil dengan
sebanyak-banyaknya, dan si anak menerima saja, mengiyakan, tanpa memberikan
respon. Hal ini menyebabkan si anak menjadi takut, kurang berani dalam
masyarakat, tidak berani menyatakan pendapat, minder, sehingga si anak tidak
mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat.
(2)
Orang
tua bersifat pasif, si anak bersifat aktif.
Dalam hal ini si anak
berlebih-lebihan memberikan kasih sayang terhadap orang tuanya, kasih sayang
ini diberikan secara sepihak, orang tua mendiamkan saja tingkah laku si anak,
tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat si anak.
(3)
Orang
tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif.
Di sini jelas bahwa
masing-masing membawa hidupnya, tingkah lakunya sendiri-sendiri, tanpa saling
memperhatikan. Kehidupan keluarga sangat dingin, tidak ada kasih sayang,
masing-masing membawa caranya sendiri, tidak ada tegur sapa jika tidak perlu.
orang tua hanya memenuhi dalam bidang materi saja.
(4)
Orang
tua bersifat aktif, si anak bersifat aktif
Dalam hal ini orang
tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan sebanyak-banyaknya. Sehingga
hubungan antara orang tua dan anak sangat intim dan mesra, saling mencintai,
saling menghargai, saling membutuhkan.Kasih sayang itu nampak sekali bila
seorang ibu sedang menyusui atau menggendong, bayinya itu diajak
bercakap-cakap, ditimang-timang, dinyanyikan, meskipun bayi itu tak tahu arti
kata-kata, lagu dan sebagainya.
Asrus Sani dalam sajaknya “surat
dari Ibu” mengungkapkan betapa tulus cinta kasih sayang seorang ibu kepada
anaknya. Coba anda perhatikan sajak Asrul Sani di bahwah ini.
SURAT
DARI IBU
Pergi
ke dunia luas anakku sayang
Pergi
ke hidup bebas
selama
angin masih angin buritan
dan
matahari pagi menyinari daun daunan
dalam
rimba dan padang hijau
pergi ke dunia lepas, anakku
sayang
pergi ke alam bebas
selama hari belum petang
dan warna senja belum
kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau
Jika
bayang telah pudar
dan
elang laut pulang ke sarang
angin
bertiup ke benua
tiang-tiang
akan kering sendiri
dan
mahkota sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku
kembali pulang anakku sayang
kembali ke balik malam
kita akan bercerita tentang cinta dan hidupmu pagi
hari
Dalam sajaknya itu,
Asrul Sani mengungkapkan betapa tulus dan cinta kasih sayang seorang ibu kepada
anaknya bukan dengan memanjakannya melainkan dengan nasehat dan petuah-petuah
agar anaknya pergi menuntut ilmu ke negeri seberang, dan mencari pengalaman hidup
sebanyak-banyaknya. Kalau anaknya telah menjadi “orang” barulah ia boleh
pulang, dan si ibu akan membicarakan masa depannya, hidup berumah tangga.
Dalam sajaknya yang
lain yaitu “elang laut”, Asrul Sani secara simbolik juga mengungkapkan
pengalaman batinnya tentang kasih sayang, tanggung jawab dan pengorbanan yang
tulus dari seekor induk elang laut terhadap anak-anaknya, tanpa menghiraukan
dirinya. Akhirnya sang induk gagal membawakan makanan untuk anak-anaknya di
sarang, karena ditengah jalan setelah terbang mati-matian melawan badai ia mati
dan tenggelam ke dasar lautan. Dan anak-anaknya pun mati kelaparan di
sarangnya. suatu musibah keluarga yang sungguh tragis. Dibawah ini dikutipkan
sajak elang laut karya Asrul Sani.
ELANG
LAUT
Ada
elang laut terbang
senja
hari
antara
jingga dan merah
surya
hendak turun
pergi
ke sarangnya
apakah ia tahu juga
bahwa panggilan cinta
tiada ditahan kabut
yang menguap pagi hari
bunyinya menguak suram
lambat-lambat
mendekat,
keatas runjam
karang
putih
makin
nyata
sekali
ini jenu dan keringat
tiada
akan punya daya
tapi topan tiada mau
dan mengcmbus ke alam luas
jatuh elang laut
ke air biru, tenggelam
dan tiada timbul lagi
rumahnya
digunung kelabu
akan
terus sunyi
satu-satu
akan jatuh membangkai
ke
bumi, bayi-bayi kecil tiada bersuara
hanya
anjing
malam hari meraung
menyalak bulan
yang melengkup sunyi
suaranya melandai
turun ke pantai
Jika
segala
senyap
pula
berkata
pemukat tua
“anjing
meratapi orang mati"
Ada bermacam-macam
kasus kasih sayang dalam kehidupan. Semua orang tua mengharapkan hidup anaknya
bahagia. Karena itu, tidak sedikit orang tua menumpahkan kasih sayang secara
berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan pendapatnya. Ada yang - secara
berlebihan, disiplin, secara memberikan kebebasan dan sebagainya. Karena itu
ada yang berhasil, tetapi banyak juga yang gagal.
Bila orang tua
menumpahkan kasih sayang secara berlebihan, maka cara itu cenderung kepada
pemanjaan. Seperti dalam novel “salah Asuhan” karangan Abdul' Muis.
Yang menceritakan kasus
pemanjaan yang dilakukan oleh orang tua. Jelas sekali bahwa tidak ada anak yang
dimanjakan menjadi anak yang baik, yang saleh. vang berbakti kepada orang tua.
2.4
Kemesraan
Kemesraan berasal
dari kata dasar mesra, yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan
ialah hubungan yang akrab baik antara pria wanita yang sedang dimabuk asmara
maupun yang sudah berumah tangga.
Kemesraan pada dasarnya merupakan
perwujudan kasih sayang yang mendalam.
Filsuf Rusia,
Salovjef dalam bukunya makna kasih mengatakan “jika seorang pemuda jatuh cinta
pada seorang gadis secara serius, ia terlempar ke luar dari cinta diri. Ia
mulai hidup untuk orang lain”.
Pernyataan ini
dijabarkan secara indah oleh William Shakespeare dalam kisah “romeo dan
Juliet”, bila di Indonesia kisah Roro mendut-Pronocitro.
Yose Ortage Y Gasset
dalam novelnya “On love” mengatakan “dikedalaman sanubarinya seorang pencinta
merasa dirinya bersatu tanpa syarat dengan obyek cintanya. Persatuan bersifat
kebersamaan yang mendasar dan melibatkan seluruh eksistensinya”.
Selanjutnya Yose
mengatakan, bahwa si pencinta tidaklah kehilangan pribadinya dalam aliran
enersi cinta tersebut. Malahan pribadinya akan diperkaya, dan dibebaskan. Cinta
yang demikian merupakan pintu bagi seseorang untuk mengenal dirinya sendiri.
Kemampuan mencinta
memberi nilai hidup kita, dan menjadi ukuran terpenting dalam menentukan apakah
kita maju atau tidak dalam evolusi kita.
Dari uraian di atas
terlihat betapa agung dan sucinya cinta itu. Bila seseorang mengobral cinta,
maka orang itu merusak nilai cinta, yang berarti menurunkan martabat dirinya
sendiri.
Cinta yang berlanjut
menimbulkan pengertian mesra atau kemcsraan. Kemesraan adalah perwujudan dari
cinta.
Kemesraan dapat
menimbulkan daya kreativitas manusia. Dengan kemesraan orang dapat menciptakan
berbagai bentuk seni sesuai dengan kemampuan dan bakatnya. Rendra dalam
puisinya “ Episode “ misalnya. melukiskan betapa kemesraan cinta merasuk
kedalam jiwa dua sejoli muda-mudi yang sedang menjalin cinta.
Kami
duduk berdua
di
bangku halaman rumahnya
pohon
jambu di halaman itu
berbuah
dengan lebatnya
dan kami senang memandangnya
angin
yang lewat
memainkan daun yang berguguran
tiba-tiba ia bertanya
“ mengapa sebuah kancing bajumu
lepas
terbuka ?"
aku
hanya tertawa
lalu
ia sematkan dengan mesra
sebuah
peniti menutup bajuku
sementara itu
aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.
Kemesraan cinta tidak
saja terpatri dalam lubuk hati masing-masing tetapi juga memancar dari sinar
mata keduanya yang bening dan belaian-belaian mesra jari-jemari mereka yang
bergetar.
Tiap manusia pernah
bercinta, hanya saja tidak setiap manusia dapat melahirkan rasa cinta dalam
bentuk seni. Bagi penyair mencurahkan rasa cintanya adalah biasa. Kalau Rendra
mencurahkan kemesraannya dalam bentuk puisi. maka Chairil Anwar mencurahkan
kemesraannya dalam bentuk yang bebas dari bentuk yang telah ada. Coba resapilah
sajak kemesraan Chairil Anwar di bawah ini :
AJAKAN
Ida
menembus
sudah cahaya
udara
tebal kabut
kaca
hitam lumut
pencar-pencar
sekarang
di ruang tengah lapang
mari ria lagi
tujuh belas tahun kembali
bersepeda sama-gandengan
kita jalani ini jalan
ria
bahagia
tak
acuh apa-apa
gembira
riang
biar
hujan datang
kita
mandi basahkan diri
tahu
pasti sebentar kering lagi.
2.5 Pemujaan
Pemujaan adalah salah
satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk
komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai
dan makna kehidupan yang sebenarnya. Apa sebab itu terjadi adalah karena Tuhan
mencipta alam semesta. Seperti dalam surat Al-Furgon ayat 59 - 60 yang
menyatakan, “ Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta apa-apa diantara
keduanya dalam enam rangkaian masa, kemudia dia bertahta di atas
singgasana-Nya. Dia maha pengasih, maka tanyakanlah kepada-Nya tentang
soal-soal apa yang perlu diketahui”. Selanjutnya ayat 60, “Bila dikatakan
kepada mereka, sujudlah kepada Tuhan yang maha pengasih “.
Tuhan adalah
pencipta, tetapi Tuhan juga penghancur segalanya, bila manusia mengabaikan
segala perintahnya. Karena itu ketakutan manusia selalu mendampingi hidupnya
dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memuja-Nya. Dalam surat
Al-Mu'minin ayat 98 dinyatakan, “ Dan aku berlindung kepada-Mu. Ya Tuhanku,
dari kehadiran-Nya di dekatku.
Karena itu jelaslah
bagi kita semua, bahwa pemujaan kepada Tuhan adalah bagian hidup manusia,
Karena Tuhan pencipta semesta termasuk manusia itu sendiri. Dan-penciptaan semesta
untuk manusia.
Kalau manusia cinta
kepada Tuhan, karena Tuhan sungguh maha pengasih lagi maha penyayang. Kecintaan
manusia itu dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan.-atau sholat. Dalam surat
An-Nur ayat 41 antara Jain menyatakan, “apakah engkau tidak.tahu bahwasanya
Allah itu dipuja oleh segala yang ada di bumi dan dilangit...”
Dalam kehidupan
manusia terdapat berbagai cara pemujaan sesuai dengan agama, kepercayaan,
kondisi, dan situasi. Sholat di rumah, di mesjid, sembahyang di pura, di candi,
di gereja bahkan ditempat-tempat yang dianggap keramat merupakan perwujudan
dari pemujaan kepada Tuhan atau yang dianggap Tuhan.
Pemujaan-pemujaan itu
sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya. hal ini berarti
manusia mohon ampun atas segala dosanya. mohon perlindungan, mohon dilimpahkan
kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon ditambahkan segala
kekurangan yang ada padanya, dan lain-lain.
Bila setiap hari
sekian kali manusia memuja kebesarannya dan selalu mohon apa yang kita inginkan,
dan Tuhan selalu mengabulkan permintaan umat-Nya, maka wajarlah cinta manusia
kepada Tuhan adalah cinta mutlak. Cinta yang tak dapat ditawar-tawar lagi.
Alangkah besar dosa kita, apabila kita tidak mencintai-Nya, meskipun hanya
sekejap.
2.6 Belas Kasihan
Dalam surat Yohanes
dijelaskan ada tiga macam cinta. Cinta agape ialah cinta manusia kepada Tuhan.
Cinta Philia ialah cinta kepada ibu bapak (orang tua) dan saudara. dan ketiga
cinta Amor/eros ialah cinta antara pria dan wanita. Beda antara cinta eros dan
amor ini ialah cinta eros karena kodrati sebagai laki-laki dan perempuan,
sedangkan cinta amor karena unsur-unsur yang sulit dinanar, misalnya gadis
normal yang cantik mencintai dan mau dinikahi seorang pemuda yang kerdil.
Disamping itu masih
ada cinta lagi yaitu cinta terhadap sesama. Cinta terhadap sesama merupakan
perpaduan antara cinta agape dan cinta philia.Cinta sesama ini diberikan
istilah belas kasihan untuk membedakan antara cinta kepada orang tua,
pria-wanita, cinta kepada Tuhan. Dalam
cinta sesama ini dipergunakan istilah belas kasihan, karena cinta disini bukan
karena cakapnya, kayanya, cantiknya, pandainya, melainkan karena
penderitaannya. Penderitaan ini mengandung arti yang luas. Mungkin tua,
sakit-sakitan, yatim, yatim piatu. penyakit yang dideritanya, dan sebagainya.
Jadi kata kasihan
atau rahmah berarti bersimpati kepada nasib atau keadaan yang diderita orang
lain. Kemudian apa bedanya Rahmah dengan Rahman ? kalau Rahman ada unsur
memberi. Misalnya seseorang memusuhi kita, tetapi kita tidak membalasnya,
malahan kita jadikan dia sebagai teman baik. Jadi pengertian rahmah adalah kita
menaruh perhatian (simpati) terhadap penderitaan orang lain, lalu kita
menunjukkan jalan keluar kepadanya. Tetapi kalau kita menaruh rasa simpati
kepada orang yang tidak dalam kesulitan, sehingga menyebabkan rusak
(menjerumuskan), maka hal itu disebut memanjakan.
Dalam surat Al-Golam
ayat 4, maka manusia menaruh belas kasihan kepada orang lain, karena belas
kasihan adalah perbuatan orang yang berbudi. Sedangkan orang yang berbudi
sangat dipujikan oleh Allah SWT. Perbuatan
atau sifat menaruh belas kasihan adalah orang yang berahlak. Manusia mempunyai
potensi untuk berbelas kasihan. Masalahnya sanggupkah ia menggugah potensi
belas kasihannya itu. Bila orang itu tergugah hatinya maka berarti orang
berbudi dan terpujilah oleh Allah SWT.
Dalam esai on love
ada pengertian bahwa cinta adalah rasa persatuan tanpa Syarat. Itu berarti
dalam rasa belas kasihan tidak terkandung unsur pamrih. Belas kasihan yang kita
tumpahkan benar-benar keluar dari lubuk hati yang ikhlas. Kalau kita memberikan
uang pada pengemis agar mendapatkan pujian, itu berarti tidak ikhlas, berarti
ada tujuan tertentu. Hal seperti itu banyak terjadi dalam masyarakat.
a.
cara-cara menumpahkan belas kasihan
Dalam kehidupan
banyak sekali yang harus kita kasihani dan banyak cara kita menumpahkan belas
kasihan. yang perlu kita kasihani antara lain: yatim piatu, orang - orang jompo
yang tidak mempunyai ahli waris, pengemis yang benar-benar tidak mampu bekerja,
orang sakit di rumah sakit, orang cacat, masyarakat kita yang hidup menderita
dan sebaginya. Orang-orang itu umunya menderita lahir dan batin dan umumnya
sedikit tangan yang menaruh belas kasihan.
Berbagai macam cara
orang memberikan belas kasihan bergantung kepada situasi dan kondisi. Ada yang
memberikan uang, ada yang memberikan barang, ada yang memberikan pakaian,
makanan dan sebagainya.
Bahkan Pangeran
Sidharta menyatakan belas kasihan kepada rakyatnya dengan jalan meninggalkan
istana untuk menjadi biksu. Pada suatu hari pangeran sidharta keluar istana
diiringi hamba sahayanya secara diam-diam. Dalam perjalanan itu dia menjumpai
orang sakit: ia tanyakan kepada hambanya, “mengapa orang itu ?" dijawabnya
pertanyaannya itu. Kemudianm bertemu dengan orang mati, ditanyakan kepada
hambanya, “mengapa orang itu diusung, mengapa mati. dan sebaginya".
Setelah dijawab semua pertanyaan itu.maka merenunglah Sidharta. Setiba di
Istana tergoda hatinya oleh penderitaan di luar istana dan dibandingkan dengan
kemewahan di istana.
Akhirnya ia
memutuskan untuk meninggalkan istana, pergi ke hutan mencari arti hidup. Betapa
pilu hati ayah bundanya menyaksikan putra pengerannya, calon penggantinya
berpakaian biksu sedang mengemis di pasar. Sekali tidak diberi, dua kali tidak
diberi, dan untuk ketiga kali dan terakhir kali tidak juga diberi, kembalilah
ia k€ hutan tempat ia bertapa sampai hari yang diijinkan untuk mencari makan
dengan cara mengemis. pangeran Sidharta akhirnya menjadi Budha Gautama penyebar
agama Budha.
2.7 Cinta Kasih
Erotis
Cinta kasih
kesaudaraan merupakan cinta kasih antar orang-orang yang sama-sama sebanding,
sedangkan cinta kasih ibu merupakan cinta kasih terhadap orang-orang yang lemah
tanpa daya. Walaupun terdapat perbedaan besar antara kedua jenis tersebut.
kedua-duanya mempunyai kesamaan bahwa pada hakekatnya cinta ksih tidak terbatas
kepada seseorang saja. Bila saya kasihi saudara saya, semua anak saya,
disamping itu bahkan saya saya kasihi semua anak-anak yang membutuhkan saya.
Berlawanan dengan kedua jenis cinta kasih tersebut jalah cinta kasih erotis,
yaitu kehausan akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan dengan seseorang
lainnya. Pada hakekatnya cinta kasih tersebut bersifat ekslusif, bukan
universal, dan juga barangkali merupakan bentuk cinta kasih yang paling tidak
dapat dipercaya.
Pertama-tama cinta
kasih erotis kerap kali dicampurbaurkan dengan pengalaman yang eksplosif berupa
jatuh cinta, yaitu keruntuhan tiba-tiba tembok yang sampai waktu itu terdapat
diantara dua orang yang asing satu sama lain. Tetapi seperti yang telah
dikatakan terlebih dahulu, pengalaman intimitas, kemesraan yang tiba-tiba ini
pada hakekatnya hanyalah sementara saja. Bilamana orang asing tadi telah
menjadi seseorang yang diketahui secara intim , tak ada lagi rintangan yang
harus diatasi, tidak ada lagi kemesraan tiba-tiba yang harus diperjuangkan.
Pribadi yang dicintai telah dipahami orang seperti dirinya sendiri. Atau
barangkali harus dikatakan “kurang” dipahami seperti dirinya sendiri. Apabila
terdapat perasaan yang telah mendalam terhadap pribadi yang lain apabila orang
dapat mengalami ketakterhitungan pribadinya sendiri, maka pribadi orang lain
tidak pemah akan begitu biasa baginya, dan keajaiban mengatasi
rintangan-rintangan dapat terjadi lagi berulang-ulang tiap hari. Tetapi, untuk
kebanyakan orang pribadinya, seperti juga pribadi orang lain, mudah dipahami
cukup lengkap. Untuk mereka intimitas atau kemesraan itu terutama diperoleh
dengan cara hubungan seksual. Karena meereka mengalami keterpisahan orang lain
terutama sebagai keterpisahan fisik, maka dengan dengan mengadakan penyatuan
fisik, orang telah mengatasi keterpisahan tersebut, demikian anggapannya.
Keinginan seksual
menuju kepada penyatuan diri, tetapi sekali-kali bukan merupakan nafsu fisis
belaka, untuk meredakan ketegangan yang menyakitkan. Keinginan seksual dapat
distimuli, dirangsang oleh ketakutan karena sepi, oleh keinginan untuk
menaklukan atau untuk ditaklukan, oleh keangkuhan, oleh keinginan untuk
menyakiti, bahkan oleh keinginan untuk memusnahkan. Semua itu dapat memberikan
stimulasi yang sama beratnya dengan cinta kasih. Rupa-rupanya keinginan seksual
dengan mudah dapat dicampuri atau distimulasi oleh tiap-tiap perasaan yang
mendalam, sedangkan cinta kasih merupakan salah satu diantaranya. oleh karena
bagi kebanyakan orang keinginan seksual senantiasa disamakan dengan gagasan
cinta kasih, mereka mudah terbawa oleh kesimpulan yang salah bahwa mereka
sedang mencintai dan mengasihi yang lain, sedangkan yang sebenarnya terjadi
ialah bahwa mereka saling menginginkan secara fisis.
Cinta kasih dapat
merangsang keinginan untuk bersatu secara seksual. Dalam hat itu, hubungan
fisis tadi tidak memperlihatkan sifat-sifat yang rakus atau serakah dalam
keinginan untuk menaklukan atau untuk ditaklukan, tetapi akan tercampur dengan
kehalusan bertindak serta kemesraan. Apabila keinginan untuk penyatuan fisis
tidak dirangsang oleh cinta kasih, apabila cinta kasih erotis tidak juga
merupakan cinta kasih kesaudaraan, ia hanya akan membawa kita kepada penyatuan
yang bersifat orgiastis (pesta pora) dan sementara saja. Daya tarik seksual
untuk sementara waktu menimbulkan khayalan penyatuan. Namun tanpa cinta kasih,
sebenarnya penyatuan ini membiarkan dua orang asing tetap berjauhan yang satu
dengan yang lain seperti sebelumnya. Kadang-kadang hal itu menimbulkan rasa
malu diantara mercka, bahkan menimbulkan rasa benci yang satu terhadap yang
lain karena, apabila khayalannya telah hilang, mereka lebih-lebih merasakan
keasingan mereka yang satu terhadap yang lain. Kemesraan sama sekali bukan
merupakan sublimasi naluri-naluri seksual seperti yang diyakini oleh Freud,
melainkan merupakan hasil langsung dari cinta kasih kesaudaraan, dan terdapat
baik dalam bentuk-bentuk ccinta kasih fisis maupun psikis.
Cinta kasih erotis
apabila ia benar-benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian, yaitu bahwa
scscorang sungguh-sungguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya yang
sedalam-dalamnya, dan mencrima pribadi orang lain (wanita ataupun pria dengan
jiwanya yang sedalam-dalamnya. Pada hakckatnya, semua mahluk manusia itu
identik. Kita semuanya merupakan bagian dari satu: kita merupakan satu. Karcna
demikian halnya. maka sebenarnya tak usahlah kita ambil pusing siapa yang kita
cintai dan kita kasihi. Cinta kasih pada hakekatnya merupakan suatu perbuatan
kemauan. suatu keputusan untuk mengikat kehidupan dengan kehidupan sescorang
lain. Hal ini memanglah merupakan dasar gagasan bahwa suatu pemikahan
tradisional, yang kedua mempelainya tidak pemah memilih jodohnya sendiri.
tetapi telah dipilihkan untuknya olch orang lain, yang diharapkan ialah bahwa
mercka akan saling mencinta dan mengasihi. Dalam kebudayaan Barat saman
sekarang, gagasan itu ternyata tidak dapat diterima sama sekali. Cinta kasih
dianggap sebagai hasil suatu reaksi cmosional dan spontan, scolah-olah kita
dengan tiba-tiba tercekam olch perasaan yang tidak dapat diclakkan. Menurut
pandangan ini. orang hanya memperhatikan ciri-ciri kedua individu yang
bersangkutan, dan mengabaikan fakta bahwa scmua Iclaki merupakan bagian dari
adam, dan bahwa semua wanita merupakan bagian dari Hawa. Ada pula orang yang
memandang bahwa faktor yang penting di dalam cinta kasih crotis itu adalah
keinginan.
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan
ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan sebagai suatu perasaan dalam
diri seseorang akibat faktor pembentuknya. Dalam konteks filosofi cinta
merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan
kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang
dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati,
perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan
mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.
Kasih adalah
perasaan yang dimiliki oleh setiap manusia, perasaan ini akan timbul apabila
manusia tersebut mempunyai rasa memiliki dan menyayangi. Kasih juga bisa
dikatakan hubungan keterkaitan antara manusia tersebut dengan sesuatu. Dan
kasih bisa bermakna luas, bukan hanya antara manusia dengan manusia, tetapi
bisa juga antara Tuhan dengan manusia. Dan dengan adanya rasa kasih tersebut
membuat manusia mempunyai tujuan hidup yang akan diperjuangkan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Muchji, Widyo Nugroho Achmad; Ilmu Budaya Dasar; Gunadarma; Jakarta, Juni 1996.
0 comments:
Posting Komentar